Bojonegoro, RUBLIKANESIA.COM – Para peserta Lomba Memasak Makanan dan Jajanan Khas unjuk keterampilan membuat inovasi kuliner khas Bojonegoro. Lomba yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Bojonegoro, dipusatkan di Pasar Wisata, Kamis (27/4/2023).
Berbagai inovasi kuliner lahir dari tangan-tangan terampil peserta. Daun kelor, telang, serta jenis ikan gabus atau ikan kutuk dan lele menjadi bahan dasar favorit olahan jajanan serta makanan dalam lomba. Bahan dasar ini pun mudah diperoleh di sekitar.
Dalam lomba yang digelar untuk memperingati Hari Kartini ini, satu tim peserta lomba terdiri dari empat (4) empat orang di antaranya satgas PPA, Kader IMP, Anggota PKK dan staf kecamatan sebagai bentuk kolaborasi seluruh elemen masyarakat.
Salah satu peraih Juara 1 menu olahan Sego Gulung Belut Kare (Golung BeKar) Dimsum Telor Gabus (Tempe Telor Ikan Gabus) asal Kecamatan Balen, misalnya, mengolah berbagai dasar seperti ikan gabus, tempe juga bunga telang.
Kades Kenep Murtiyani menjelaskan, Kecamatan Balen selama ini dikenal dengan kuliner olahan belut. Belut merupakan salah satu jenis ikan yang mengandung banyak nutrisi. Katanya, dalam 100 gram daging belut terdapat sekitar 185 kalori dengan berbagai nutrisi terutama protein sebanyak 18,5 gram dan lemak sebanyak 11,5-12 gram.
Kandungan ini sangat berperan penting bagi pertumbuhan anak. Selain itu, rasanya yang gurih menjadikan daya tarik masyarakat untuk mengonsumsi belut.
“Belut dapat dijadikan berbagai macam olahan. Misalnya rica-rica, pepes, goreng penyet dan lain-lain. Untuk MPASI anak juga bisa diolah menjadi aneka hidangan seperti sushi, rendang, belut goreng kriuk, abon, atau dibuat menjadi tumisan, yang tentunya akan disukai Si Kecil,” ujarnya.
Selain belut, juga banyak dijumpai ikan gabus yang diolah jadi makanan yang lezat. Ikan ini memiliki nutrisi yang tak kalah dengan belut. Di dalam 100 gram ikan gabus terkandung sebanyak 60 kalori, 25.2 gram protein, 1,7 gram lemak, 0,9 miligram zat besi, 62 miligram kalsium, 76 miligram fosfor, 150 miligram vitamin A, 0,04 miligram vitamin B, dan 69 miligram air.
Belut dan ikan gabus dapat dengan mudah dijumpai di kecamatan Balen karena masyarakat Balen banyak yang bermata pencaharian sebagai pencari belut dan ikan gabus di sawah pada malam hari.
“Hal inilah yang mendasari kami untuk memperkenalkan olahan belut dan ikan gabus sebagai makanan khas kecamatan Balen. Tentunya dengan sedikit modifikasi bentuk agar terlihat lebih kekinian dan menarik,” jelasnya.
Selain sumber protein tersebut, komoditas pangan non beras yang melimpah di Kecamatan Balen adalah ubi dan kacang kedelai. Banyak sekali manfaat dan juga aneka olahan yang dapat dibuat dengan bahan tersebut. Salah satunya yang paling banyak dijumpai adalah tempe yang berasal dari kedelai. Hidangan sumber protein nabati ini sangat mudah dalam pembuatannya dan juga murah.
Dengan adanya pemanfaatan aneka sumber bahan pangan lokal seperti belut, ikan gabus, ubi, kedelai menjadi hidangan yang lebih kekinian dan menarik, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Balen bahwa dengan bahan yang murah ternyata bisa dibuat hidangan yang cantik dan tentunya mengandung banyak nutrisi. Sehingga dapat membantu memperbaiki gizi.
Penyajian pun ditata secantik mungkin. Seperti memanfaatkan tomat sebagai tempat saus, juga puding kembang dari bunga telang. Rasa berbicara inilah yang mengantar dua menu andalan yaitu Sego Gulung Belut Kare (Golung BeKar) dan Dimsum Telor Gabus (Tempe Telor Ikan Gabus) meraih juara.
Masih dalam kesempatan sama, salah satu peserta tim dari Kecamatan Sugihwaras, Eni Setyawati anggota PKK Sugihwaras mempresentasikan empat (4) olahan yang cocok untuk menu keluarga. Katanya, satu keluarga bisa terdiri dari lansia, dewasa, balita dan bayi. Sehingga timnya mengolah bahan dasar daun kelor dan ikan kutuk menjadi menu sehat untuk empat anggota keluarga.
“Menunya ada bubur, apem dari daun kelor, olahan seperti mpek-mpek berbahan kelor dan dan ikan kutuk. Semua bahan dasarnya kelor dan ikan kutuk karena di Sugihwaras itu sangat potensi dan banyak dijumpai. Kalau di kota sayur bayam, nah di desa banyak jumpa daun kelor,” jelasnya.
Di momen peringatan Hari Kartini ke-98 ini, katanya menu sehat berasal dari perempuan. Masa depan generasi juga berasal dari perempuan. Sehingga dengan bisa mengolah bahan sederhana kaya protein yang dijumpai di sekitar bisa mencegah stunting. [cs/nn] l