LAMONGAN – Pemberhentian Mukid dari jabatannya sebagai Kepala Dusun (Kasun) Jubel, Desa Jubellor, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, tampaknya bukan akhir dari drama yang mencoreng wajah pemerintahan desa. Justru sebaliknya ini bisa jadi awal dari kisah gelap yang selama ini disembunyikan dari publik.
Mukid resmi diberhentikan setelah surat pengunduran dirinya mendapat lampu hijau dari Camat Sugio dan Bupati Lamongan. Namun, desakan warga yang marah bukan semata karena pengunduran diri, melainkan karena skandal pribadi yang menyeret nama baik desa.
Nama Mukid mencuat ke permukaan setelah tersiar isu perselingkuhannya dengan MW, istri sah seorang warga. Hubungan gelap itu membuat warga menuntut Mukid lengser dari jabatan yang seharusnya dijaga dengan integritas.
“SK Pemberhentian sudah turun. Jadi, jabatan Kasun Jubel kini kosong,” ujar Sekretaris Desa Jubellor, M. Muhtadin, saat ditemui wartawan di kediamannya, Minggu (11/5/2025).
Tak lama setelah pengunduran dirinya, warga mulai bersuara lantang. Mereka mempertanyakan kejelasan pengelolaan dana pembangunna masjid yang diduga kuat tidak transparan saat dikelola Mukid.
Menurut pengakuan Muhtadin, Mukid sempat mengklaim bahwa masjid justru punya utang kepadanya. Namun warga yang juga sebagai salah satu panitia pembangun masjid menilai klaim itu mengada-ada.
Seorang warga yang enggan disebut namanya menyebut, awalnya memang ada dana pinjaman dari kas Langgar ke panitia pembangunan masjid, di mana Mukid adalah salah satu pengurusnya. Nilainya tak main-main: Rp 20 juta.
“Uang itu sudah dikembalikan ke Mukid, disaksikan langsung oleh panitia dan takmir. Jadi kalau sekarang dia bilang masjid punya piutang, itu hanya akal-akalan,” katanya.
Yang lebih mengejutkan, sampai hari ini tidak ada audit, tidak ada klarifikasi publik, dan tidak ada langkah tegas dari Kepala Desa Jubellor, Sumarlan. “Pak Kades seolah menutup mata. Padahal ini bukan isu pribadi lagi, tapi menyangkut uang umat,” kata warga lain.
Desa Jubellor selama ini dikenal sebagai “Desa Maju”. Namun, bagi warga, kemajuan bukan sekadar jalan mulus atau gedung megah. Integritas pemimpin adalah fondasi utama.
“Kalau kepala desa diam saja, jangan salahkan warga kalau mulai hilang kepercayaan. Kami tak ingin Desa Maju ini berubah jadi sarang konflik dan penyelewengan,” ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Jubellor.