Kisah Danau Sentani: Panorama PON XX Papua

1c884c86_e957_4139_939a_74c16af9f743.jpeg

Jayapura: rublikanesia.com Perhetalan PON XX Papua telah ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, Jumat (15/10/2021) malam WIT.

Selama PON berlangsung dilihat dari dan ke sebagian venue pertandingan selalu melintasi dan  menyaksikan panorama indah Danau Sentani.

Sentani adalah nama danau terbesar di Papua.

Sentani juga merupakan nama bandara di Jayapura.

Namun sebenarnya, istilah ‘Sentani’ tidak terdapat dalam bahasa Sentani.

Jadi, dari mana asal nama Danau Sentani?

“Terdapat dua versi tentang asal usul nama Sentani,” kata Peneliti Senior Balai Arkeologi Papua Hari Suroto di Papua, Sabtu (16/10/2021).

Hari mengatakan, Suku Sentani menggunakan istilah ‘buyakha’ untuk menyebut danau tempat tinggal mereka.

“Dalam bahasa Sentani, ‘bu’ berarti air dan ‘yaka’ berarti tempat kosong,” kata Hari.

Versi pertama, dia menyebutkan bahwa istilah ‘Sentani’ berasal dari kata endeni.

“Yang berarti tiba di sini. Hal ini berkaitan dengan perjalanan nenek moyang Sentani dari Papua Nugini menuju ke arah barat dan tiba di danau dan menetap di sana,” ujar Hari.

Versi lainnya, menurut Hari Suroto “istilah ‘Sentani’ diperkirakan berasal dari ‘hedam’ yang kemudian dilafalkan menjadi setam.

“Dari kata setam inilah muncul istilah ‘Sentani’ yang terus digunakan hingga kini,” kata dia.

Danau Sentani merupakan danau alam terbesar di Papua, dengan pulau pulau berbuki di tengah danau.

“Sumber air Danau Sentani berasal dari 14 sungai yang berhulu di Pegunungan Cycloops,” terang dia.

Danau ini mengandung keunikan yang tidak ada di danau-danau manapun. Ternyata, danau Sentani mengandung atau pernah mengandung jenis-jenis ikan air laut seperti ikan hiu gergaji (Pristis microdon), ikan belanak (Mugil cephalus), sidat (Anguilla australis).

Namun demikian jenis ikan hiu gergaji saat ini sudah tidak ditemukan lagi di sana.

Danau Sentani dulu ada spesies hiu yang hidup di sana, yaitu Hiu gergaji (Pristis microdon). Ikan ini sebenarnya ikan air asin yang sukses beradaptasi dengan perairan air tawar.

Ikan ini lebih populer dikenal sebagai hiu gergaji Sentani, karena ikan endemik Danau Sentani, Papua.

Ciri khas ikan ini adalah moncong panjang seperti pedang dengan deretan gergaji kecil yang menyamping.

Ikan hiu gergaji memakan udang kecil dan ikan-ikan kecil. Tapi ikan hiu gergaji Sentani telah punah.

“Pada masa lalu, Sentani merupakan bagian dari laut yang jauh menjorok ke darat. Kemudian terjadi pergerakan lapisan bumi, sehingga Danau Sentani terpisah dari laut. Lama kelamaan Danau Sentani berubah dari berair asin menjadi tawar,” ujar Hari.

Hiu gergaji kemudian beradaptasi dengan air Danau Sentani yang berubah menjadi tawar.

Ikan ini terakhir ditangkap nelayan Sentani tahun 1974 dan setelah itu tidak pernah ada lagi.

Punahnya ikan hiu ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, pencemaran air danau oleh limbah rumah tangga, dan penggunaan jaring insang (gill net).

Ikan hiu gergaji sejak masa prasejarah hingga kini, sudah menjadi bagian dari budaya suku Sentani.

Motif ikan hiu gergaji tergambar pada batu-batu Situs Megalitik Tutari.

“Selain itu, Suku Sentani yang bermukim di Pulau Asei, menjadikan hiu gergaji sebagai obyek lukisan kulit kayu mereka,” kata Hari.

Saat ini, kata Hari, dengan penemuan hiu pasca bencana perlu diteliti lebih lanjut mengenai populasi hiu di Papua.

“Khususnya di wilayah Sentani,” tegas Hari.

Ikan apa saja dapat ditemukan di Danau Sentani?

“Spesies ikan asli Danau Sentani terdiri atas hew/ikan kaskado/ikan pelangi (Chilaterina sentaniensis), hew/ikan kaskado/ikan pelangi (Melanotaeniidae, Glossolepis incisus), himem (Gobiidae, Glossogobius sp.), kanseli (Ariidae, Arius velutinus), holiya (Plotosidae Neosilurus novaeguineae), kayou (gabus hitam) (Eleotrididae, Oxyeleotris heterodon), kahe (gabus merah) (Eleotrididae Giuris margaritacea), kandei/gete-gete (Chandidae Glossamia wichmanni), kandei/gete-gete (Apogonidae, Glossolepis Beauforti ), hew/ikan kaskado/ikan pelangi (Melanotaeniidae, Chilatherina fasciata), kahilo (Anguillidae, anguilla australis), Belut/kahilo (Anguillidae, Anguilla bicolor), Belut/kahilo (Anguillidae, A. marmorata), Belut/kahilo (Anguillidae, Anguilla obscura), hiu Sentani (Pristidae, Pristis microdon), barra (Carangidae, Caranx melampygus), barra (Carangidae, C. ignobilis), dan kaijoko (Mugilidae Mugil cephalus),” katanya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

scroll to top